Wednesday, October 22, 2008

KAU TAK SENDIRI
(Part 1)



Kudengar lagi suara tawa yang berasal dari kamar sebelah, penuh dengan kegembiraan seolah-olah mereka tidak memiliki beban hidup yang berat. Rasa iri itu pun mulai menjalar di dalam hatiku. Entah mengapa setiap aku berada di lingkungan mereka atau dimana pun, orang2 seolah tiba2 berhenti bercerita, berhenti bercengkrama dan berhenti bercanda. Aku pikir aku akan memperoleh sedikit kegembiraan dengan bergabung bersama mereka. Namun nyatanya tidak, hanya kehampaan yang terasa selalu melekat di dalam jiwaku.

Akhirnya aku tidak tahan lagi, aku kembali ke kamarku dan kembali berkutat di depan komputer yang senantiasa menemaniku. Walau aku sudah merasa bosan dan sudah kehabisan ide website apa lagi yang ingin aku kunjungi. Mataku menatap nanar layar komputer yang menampilkan tampilan Mozilla Firefox dengan beberapa tab yang terbuka dengan judul2 website yang sama sekali tidak penting. Tak terasa air mata tiba2 mengalir membasahi pipiku dan bertambah deras sewaktu aku mendengar lagi suara tawa itu. Mengapa mereka tiba2 hening ketika aku datang, mereka hanya berbicara seadanya dan mencoba bersikap sopan yang berlebihan.

Tak seberapa lama terdengar suara kunci dari pintu depan dan aku tahu siapa di balik pintu tersebut dan aku tahu bahwa orang di balik pintu tersebut tidak akan membantu mengurangi rasa kesedihanku. Malah akan membuat air mataku bertambah deras, dan benar saja seperti dugaanku suasana langsung bertambah ceria sewaktu dia datang. Sepertinya dia selalu membawa cerita baru dan menarik setiap dia pulang. Selalu membawa angin kesejukkan yang dapat menyegarkan seisi rumah kecuali hatiku. Entah mengapa angin kesejukkan itu tak dapat menembus kesepian di dalam hatiku. Hatiku iri mendengarnya, sekarang suara tawa itu bertambah keras dan terdengar lebih menyenangkan. Seandainya saja aku bisa bertukar tempat dengannya atau setidaknya memiliki sedikit sifatnya yang periang dan bisa membawa suasana menjadi ceria.

Ingin rasanya aku bergabung bersama mereka, tapi pasti yang aku dapatkan adalah sesuatu yang sama dengan sebelumnya. Maka aku menahan diri untuk tetap disini, di dalam kamarku yang sepi dan aku mencoba memutar lagu untuk mengusir kesepianku. Lagu ini pun tidak banyak membantu karena lagu yang aku putar bernada sendu dan penuh kesedihan. Aku teringat akan masa2 dulu bersama teman2 ku, berkeliling kota bersama-sama, bergosip bersama di kamar. Aku tidak ingat lagi muka2 mereka, tapi yang pasti aku dahulu bahagia walaupun aku tak banyak bicara, aku hanya mendengar cerita teman2ku dan beberapa kali menimpali lelucon yang dilontarkan oleh satu teman ku yang memang jago guyon. Kalimat2 konyolnya selalu berhasil mengundang tawa yang lain, seakan-akan ide2 dari kepalanya selalu di update setiap saat agar bisa menghibur kita. Anehnya, aku tak ingat wajah2 mereka, nama mereka saja aku tak ingat. Ada apa dengan diriku, mengapa aku bisa lupa dengan teman2 yang selalu bersama ku, yang selalu menghiburku, yang selalu ada di setiap aku membutuhkan mereka meski aku tak selalu ada untuk mereka. Tapi yang aku tahu pasti, aku tidak melupakan memori itu. Kenangan indah yang aku habiskan bersama mereka, seakan akan aku selalu ingin bersama mereka. Meski aku mati sekalipun.

* * * *

" Ita, hari ini udah genap tiga tahun setelah kejadian itu...... " hening menyelimuti kamar tiba2.
" Kamu ngapain sih ngingetin kita lagi !! "
" Bukan gitu Selvi... cuman kamu ngerasain juga kan tadi.. "
" Iya,sih "
" Emang ada apa sih waktu aku blom pulang tadi "
" Sebenernya sih kejadian nya bentar banget, kita semua ngerasain kehadiran Gita disini.. "
" Aaaach cuman perasaan kalian aja kali.. " ucapan yang mengalir dari mulut Ita terdengar ragu2, tidak terdengar seperti orang yang meyakinkan. Dia pun merasa kalau kepergian Gita adalah salah satu hal yang sangat bikin shock dan hal yang tidak bisa dihapuskan dari ingatan hanya dengan waktu 1 atau 2 tahun.
" Emangnya ada apa tadi..?? " Ita mencoba membuka topik yang sangat memilukan hati ini, toh tema ini sudah dibawa ke permukaan oleh Mega.
" Jadi gini, tadi sewaktu kita lagi ketawa ketiwi tiba2 anginnya kenceng banget sampe jendelanya kebuka lebar..Tahu sendiri kan kalo ini lagi musim panas..kita coba positive thinking aja kalo itu semua cuman angin dan kita ketawa2 lagi dan............ " Rani yang sedari tadi tunduk terdiam tiba2 mulai menceritakan kejadiannya.
" Trus apa... " meskipun Ita tahu kalau tema ini sangat tabu dan menyedihkan untuk dibicarakan lagi tapi rasa ingin tahu nya mengalahkan itu semua. Dan tiba2 terdengar suara isak tangis.
" Dan *hiks*...dan....rasanya tiba2 adeeeeeeem banget..rasanya Gita masih disini *hiks*, rasanya Gita masih bareng2 kita..*huhuhu* " suara tangis Selvi tiba2 meledak, kontan teman2 nya sibuk menenangkan dia.
" Udah Sel, jangan nangis lagi dong...kita berempat udah janji untuk gak ngungkit2 topik ini lagi..dan sori aku yang mulai.. " Mega mencoba menenangkan Selvi yang mulai menangis sesenggukan.
" Gita emang yang paling pendiam dari kita semua, dia gak kayak Selvi yang bisa ngocol bikin kita semua ngakak, dan dia juga bukan kamu Ta, yang bisa bikin suasana jadi ceria...dan dia gak kayak kita Meg, doyan ngegosip n ngomongin orang....... "
" Tapi biar begitu, tiap dia disini, tiap dia bareng ama kita...entah kenapa suasananya jadi tenang and adem banget..inget gak waktu aku ama Selvi berantem, kalian berdua udah setengah mati coba bikin kita akur lagi,tapi gak berhasil...tapi Gita........... "
" Kita semua gak akan ada disini kalo gak karena Gita... "

* created by : Elly Nurbaiti Usman; Berlin22102008

No comments: